Pengajian Umum 05/02/2010 : Rasul Teladan Kita

Pengajian umum Jumat 5 Februari 2010 adalah pengajian yang pertama kali diadakan Forum Pengajian Jumat (FPJ) setelah hampir 2 bulan mengalami kekosongan yang disebabkan putera-puteri Forum Pengajian Jumat mengikuti program pesantren kilat di Pondok Pesantren Gontor. Pengajian kali ini disampaikan oleh Ustadz M Dajuhari yang membahas tentang Rasul teladan kita. Beberapa hal yang disampaikan dalam pengajian umum ini antara lain adalah:

- Kasih sayang Nabi Muhammad saw sangat besar kepada umatnya. Pada saat menjelang wafatnya yang dipikirkan adalah umatnya. Beliau berkata kepada malaikat Izrail yang akan mencabut nyawa beliau : “Mohonkan pada Allah, timpakan seluruh rasa sakit kepadaku dan aku berharap umatku tidak merasa sakit ketika ruhnya dicabut”.



- Rasul diutus Allah di dunia ini untuk menyempurnakan akhlak manusia. Dalam pribadi Rasul terdapat teladan yang sangat baik dalam segala aspek kehidupan, antara lain : teladan Rasul sebagai kepala rumah tangga, sebagai suami, sebagai panglima perang, sebagai kepala Negara dan panutan-panutan lainnya.



- Kepada pembantunya Anas bin Malik yang telah 10 tahun menjadi pembantunya, Rasul tidak pernah sekalipun berkata "hush" dan tidak pernah bertanya kenapa ini kamu lakukan terhadap sebuah kesalahan yang dilakukan Anas bin Malik. Betapa lembutnya sikap Rasul terhadap pembantunya.



- Rasul mengatakan Ali ra adalah Pintu gudangnya ilmu (sebab gudangnya Ilmu adalah Rasul sendiri), jika kamu ingin bertanya tentang ilmu bertanyalah kepada Ali ra. Suatu ketika ditanyakan 7 pertanyaan oleh sahabat kepada Ali ra :
1. Apa yang lebih berat dari bumi ?
2. Apa yang lebih luas dari langit?
3. Apa yang lebih kaya dari lautan?
4. Apa yang lebih keras dari batu?
5. Apa yang lebih ganas dari batu?
6. Apa yang lebih dingin dari bulan?
7. Apa yang lebih pahit dari racun?

Disebabkan keterbatasan waktu, pada kesempatan kali ini hanya diterangkan jawaban dari pertanyaan 1 dan 2 saja.

Jawaban pertanyaan pertama, apa yang lebih berat dari bumi? adalah rasa sombong. Dikatakan bahwa “Tidak akan masuk surga barang siapa terdapat satu biji kesombongan”. Yang dimaksud dengan kesombongan disini adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia lainnya. Salah satu cara untuk menghilangkan rasa sombong adalah dengan mengerti makna dari hidup ini, yaitu dengan merenungi 3 hal : dari mana kita berasal, untuk apa kita hidup, dan akan kemana sesudah kita mati. Allah berfirman : “Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku”. Sikap sombong adalah sesuatu yang manusiawi, tetapi kita harus menekan sikap sombong tersebut, ibarat padi semakin tua semakin merunduk.



Jawaban pertanyaan kedua, apa yang lebih luas dari langit ? adalah kebenaran. Diantara kebenaran ini adalah menyangkut masalah hati dan sabar. Hati adalah panglima perang, jika hati lapang semua persoalan menjadi kecil. Allah tidak pernah memberikan beban di luar kemampuan manusia. Sedangkan yang dimaksud dengan sabar adalah sabar menjalankan perintah Allah, sabar menjauhi larangan Allah, sabar dalam menerima cobaan/musibah, dan sabar dalam menerima kesenangan.(BPK)

3 comments:

Anonymous said...

Aslmkm,wr.wb

Ceramah yg dibawakan oleh Bpk.Ustad Djauhari sangat menarik,sy sempat menangkap pembicaran beliau mengenai nabi kita Muhammad SAW. Beliau adalah seorang panglima perang yg sangat ditakuti sekaligus disegani,tapi beliau juga seorang suami yg sangat lemah lembut thdp istrinya juga anak2nya. Juga sebelum beliau dicabut nyawanya,ada kata2 yg diucapkannya "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku." yg berarti peliharalah sholat dan peliharalah orang2 lemah diantaramu. Disini begitu jelas kepekaan beliau terhadap wanita(salah satu mahluk yg lemah). Yg menjadi pertanyaan saya, mengapa sikap dan teladan beliau kurang begitu diterapkan dlm kehidupan sehari-hari pasangan suami istri. Mereka lebih suka mencontoh kondisi fisik beliau dr cara berjalan,berpakaian,meniru janggutnya,dll.Seandainya kaum bapak mau lebih mengambil teladan dr ahlaknya beliau,Insya Allah mgkn bisa mengurangi percekcokan dan kekerasan dlm rmh tangga yg byk terjadi disana-sini....Insya Allah bapak2 disini sdh pd sholeh, amin ya robbal'alamin mdhn2 seterusnya demikian... Saya bukannya mau membela kaum saya, tapi memang seharusnya wanita diperlakukan dgn lembut spt anjuran nabikita Muhammad SAW

BambangPK said...

Sependapat dengan Ibu Anonymous. Tapi pelaksanaan kadang-kadang susah ya, jadi mungkin para istri diharap lebih luas kesabarannya menghadapi para suami. Seperti kata pak ustad Dajuhari, kesabaran membuat hati kita menjadi sangat lapang seluas langit (he..he..).

Ayo para bapak kita berubah rame-rame, dan para istri meningkatkan sabar rame-rame juga.

BambangPK

AbuAtha said...

Salam,

Pertanyaan yg sangat menarik dari akhwat kali ini. Pada dasarnya saya sangat sependapat juga dgn apa yg Ukhti/ibu sampaikan...
Dan Ini memang ketidak tepatan didlm mencontoh ketauladanan dari diri Rasul. Sebab bukankah suri ketauladanan Rasul itu yg paling menonjol adalah AHLAQ-nya, kalau ya... semestinya inilah yg tidak boleh terlewat didlm pengambilan contoh oleh Bapak2 meskipun memang sulit apalagi kl si bapaknya tidak mau dikoreksi alias Bedegong (sunda) dan tidak membuka jalan untuk berdialog.

Tp juga buat ibu2 perlu dicamkan juga bahwa lemah lembut dan sabar bukan berarti tidak tegas, krn ketegasan juga harus bagi seorang pemimpin Rumah Tangga. Dan ketika berlaku tegas bukan berarti pemarah ataupun tidak sabar, krn ini tergantung dari situasi dan kondisinya... kecuali kl tiba2 gak ada hujan gak ada angin ters banjir wah ya kyk begini mah harus berguru dulu ama AA Gym (he..he) biar Qolbunya di manajemenkan dl ama AA...