Pengajian Bapak 24/09/2010 - Kewajiban Dakwah

Kewajiban Dakwah


Pada hari Jumat 24 September 2010. pengajian bapak-bapak diisi oleh ustadz Zulkarnaen. Kali ini materi yang disampaikan berkaitan dengan tugas dakwah seorang muslim yang berpindah dari negeri mayoritas berpenduduk muslim ke negara barat seperti Australia. Ustadz Zulkarnaen memberikan satu ilustrasi, ketika para sahabat hijrah ke Abyssinia yang diperintah oleh raja Najasyi yang beragama kristen untuk mencari perlindungan atas tekanan kaum Quraisy, mereka juga berdakwah dengan cara menyampaikan yang haq. Sebagian sahabat yang memutuskan untuk menetap di negeri itu dan tidak kembali ke Madinah melakukan aktifitas dakwah ke negeri itu sehingga Islam berkembang di sana, yang sekarang lebih kita kenal dengan Ethiopia. Begitu juga seharusnya kita kaum muslim yang berpindah dari negeri yang mayoritas berpenduduk muslim ke Negara-negara seperti Australia ini, yang pada umumnya berpindah karena faktor ekonomi seharusnya melakukan aktifitas dakwah seperti yang dilakukan oleh para sahabat.

Dalam kesempatan tanya jawab, disampaikan bahwa secara hukum Islam berpindahnya seorang muslim dari negeri yang mayoritas berpenduduk muslim (seperti Indonesia) dimana aktifitas kegiatan ibadah lebih mudah dilakukan ke negara seperti Australia dimana aktifitas pelaksanaan ibadah seperti shalat jumat kadang sulit dilaksanakan, maka hukumnya tidak diperbolehkan. Hal yang membolehkan kepindahan seorang muslim seperti ini adalah jika seorang muslim tersebut melakukan aktifitas dakwah. Untuk itulah sudah saatnya seorang muslim yang berpindah dari negerinya ke negara seperti Australia dengan alasan faktor ekonomi, seharusnya merubah niatnya menjadi mencari ridho Allah dengan melakukan aktifitas dakwah.

Aktifitas dakwah ditujukan kepada baik non muslim maupun muslim. Aktifitas dakwah yang ditujukan kepada non muslim yaitu dengan berdakwah kepada mereka tentang Islam agar mereka memeluk Islam setelah mengetahui kebenaran Islam. Aktifitas yang ditujukan kepada muslim yaitu mengajak mereka untuk menjalankan apa yang diajarkan oleh agama Islam dengan sungguh-sungguh, sebab banyak muslim yang tidak melaksanakan ajaran agama Islam, dengan kata lain melanjutkan kembali kehidupan Islam. (Bambang PK)

10 comments:

Anonymous said...

mantaaaaap pa zul

AbuAtha said...

Salam,
Terima kasih mas bambang ternyata di up-date jg buat bpk2, semoga menjadi ladang pahala buat mas Bambang begitu pula buat yg membacanya...
Sebab di dlm hal ini kiranya tidak berlebihan ketika Rasul saw sering kali menasehatkan bahwa semua perbuatan itu akan bernilai pahala dihadapan Alloh swt jikalau niatannya itu Lillahi ta ala. Maka berkaitan dgn topik malam itu cukup fair jg kiranya kl semua aktiviti dan keberadaan kita disini diniatkan semata2 utk mencari Ridho Alloh swt dan menyampaikan Risalah2 Rasulullah saw... Insya Alloh.

Anonymous said...

Assalamu'alaikum... bagus melihat pengajian bapa2 sayangnya di pengajian ibu2 di campuri oleh Gibbah..ngomongin orang...sebaiknya kalau ngaji yaah ngaji laah ga usah ngejelekin orang...kan yang dijelekin juga belum tentu lebih baik dari kita...

Bambang PK said...

@ Abu Atha: tadinya jumat ini saya mengharap ananda ismail dan ibu nur untuk update, tapi saya tunggu belum update juga, ya akhirnya saya yg update deh, hanya saya nggak mencatat lengkap (karena saya nggak berniat mengupdate) jadi ya seingatnya saja.

@ibu anonymous: terima kasih masukannya, mungkin bisa disampaikan ke ibu-ibu sebagai muhasabah (saling menasehati) supaya pengajian berjalan sesuai yang diharapkan.

Abu Abu said...

Tetapi yang sangat sulit difahami dan banyak menimbulkan masalah ialah mereka yang di satu sisi mengaku muslim namun di sisi lain tidak menjadikan Kitabullah sebagai petunjuk jalan bagi kehidupannya. Mereka mengaku beriman kepada Al-Qur’an sebagai petunjuk dan Kitabullah terakhir. Tetapi mereka tidak kunjung menjadikannya petunjuk jalan bagi segenap urusan kehidupannya di dunia. Mereka cenderung memperlakukannya laksana menu makanan sebuah restoran. Mana yang mereka sukai mereka ambil dan mana yang mereka tidak berselera kepadanya, mereka tinggalkan. Padahal Allah swt di dalam petunjukNya berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah 208)

Anonymous said...

Rasulullah saw bersabda :

بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ (رواه مسلم )

“Adalah sebuah keburukan yang nyata, apabila seorang muslim menghina saudaranya.” (HR. Muslim)

Penggalan hadits Rasulullah saw ini berisi larangan keras bagi seorang muslim untuk menghina saudara muslim lainnya, dengan jalan apapun ia merendahkannya dan karena sebab apapun. Menghina adalah memicingkan mata dan meremehkan seseorang, orang yang hina adalah yang kecil tak bermakna, baik dilihat dari sisi fisik maupun maknanya, dengan ini kita bisa membedakan antara kritik yang disyariatkan apabila ada alasan yang mendasarinya dengan penghinaan yang tidak disyariatkan sekalipun ada alasan dan situasi yang mendukungnya.

Kritik adalah koreksi atas kesalahan sehingga terhindar darinya untuk kali kedua, adapun menghina adalah sikap merendahkan dan meremehkan pribadi pelaku kesalahan tanpa memandang kerja keras dan usaha yang dilakukan.

Apabila jelas perbedaan ini dalam pandangan kita, maka, sekalipun masih ada sebagian kita yang belum memahaminya, maka kita akan tahu hikmah Rasulullah saw melarang sifat buruk ini apapun dengan cara dan alasan apapun. Sikap menghina apapun bentuknya adalah sifat destruktif yang tidak membawa angin baik sama sekali, baik kepada pribadi yang dihina dan masyarakat di mana ia hidup, bahkan yang terjadi adalah sebaliknya, ia membawa bibit kebencian, pertentangan dan perpecahan. Kalau seandainya orang yang menghina itu mengharap kebaikan orang yang dihina atau masyarakatnya, maka hendaknya ia sentuh kesalahan itu bukan pribadi yang bersalah, jika ia lakukan itu maka ia akan mendapatkan buah kebaikan dari kesalahan yang terjadi dan semuanya menjadi lebih mudah dan ringan untuk diterima.

Kebanyakan orang yang suka menghina saudaranya adalah orang-orang yang suka mencari kesalahan dan kekurangannya dibanding meneliti kebaikan dan keutamaannya. Orang yang sepanjang hidupnya memilki prilaku seperti ini, selamanya tidak akan pernah memiliki rasa tertarik kepada siapapun, dan selamanya tidak akan mampu melakukan perbaikan apapun. Sunnatullah yang berlaku pada manusia, kecuali para Nabi dan Rasul, diri mereka terbangun di atas gabungan dua hal, kekurangan dan kesempurnaan. Setiap orang berbeda dan bertingkat antara satu dengan yang lain, namun kepaduan dua ha ini akan selalu menyatu dan bercokl dalam tabiat kemanusiaan mereka, dan mencari-cari kesalahan dan aib orang lain adalah termasuk termasuk aib dan kekurangan manusia yang paling berbahaya.

Abu Abu said...

Orang yang tidak mampu mengendalikan sikap mencari-cari aneka kekurangan orang lain, pada akhirnya tidak mampu untuk menghindarkan dirinya jatuh dalam sikap menghina dan meremehkannya, karena ia tidak akan mampu untuk mengkritik aib orang lain dengan kritik yang korektif dan membangun, karena jika itu terjadi maka manusia yang ada di hadapannya pasti telah menjadi malaikat yang terpelihara, ini adalah hal yang mustahil terjadi, karenanya kritik terhadap aib orang lain itu berubah menjadi penghinaan terhadap pribadi yang dikritik.

Obat penawar bagi orang yang suka menghina adalah dengan kembali melihat dirinya dengan teliti sebagaimana ia melihat orang yang ada di luar dirinya, maka jika ia orang yang berakal dan sadar, ia pasti akan mendapati kekurangan yang mana ia menghina orang lain berdasar kekurangan tersebut, kemudian ia berusaha untuk selalu memperbaiki kekurangan itu, seandainya ia tidak memilki kemampuan untuk menghilangkan dan membersihkan aib dan kekurangan itu, maka hendaklah ia tahu bahwa itu adalah Sunnatullah di alam semesta ini, manusia tidak pernah lepas dari kekurangan dan itu adalah tabiatnya, sehingga dengan kesadaran ini ia akan bersikap rendah hati terhadap yang lain, ia berusaha untuk menutup mata ketika melihat kekurangan itu ada menggantung dalam diri seseorang.

Namun bukan berarti syariat Islam membiarkan kita diam dan rela terhadap penyimpangan sebagian kita, justru syariat ini mengajak kita dengan dua potensi positif dan negatif itu agar saling bekerjasama dalam memperbaiki segala hal dan saling menyokong agar sampai kepada derajat kesempurnaan semaksimal mungkin. Sangat berbeda antara kritik membangun yang didasarkan pada unsur saling kerjasama dan nasehat-menasehati, dengan sikap menghina yang berdiri di atas sikap takjub kepada diri sendiri dan iri.

Rasulullah saw mengingatkan kita : “Agama adalah nasihat.”

Dan dalam sabda yang lain : “Adalah sebuah keburukan yang nyata, apabila seorang muslim menghina saudaranya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra)

Hamba ALLOH said...

Salam,

Jazakalloh Abu atas pemaparannya semoga kita semua memperoleh pencerahan.

Shoheh kiranya bahwa manusia itu memang fitrahnya adalah sama meski dalam hal pemikiran dan pendapat bisa berbeda, maka dari itu kita di anjurkan utk saling nasehat dan menasehati serta mengkoreksi jikalau terasa ada penyimpangan yg tidak sesuai dgn main stream Islam meski terbungkus dgn ayat2 Al-quran dan bahkan Hadits, sebab jikalau penempatannya tidak tepat akan berakibat tidak baik bahkan bisa menjadi dosa dikarenakan kecerobohannya. Apalagi orang2 yg menamakan dirinya JIL, mereka dgn gegabah meninggalkan Al-quran bahkan memplintir ayat2 Al-quran utk kepentingannya jikalau hal tsb merasa tdk sesuai lg dgn zaman (menurut mereka) padahal mustahil gak sesuai sedangkan ALLOH mentakdirkan bahwa Al-quran adalah petunjuk manusia sampai akhir zaman.

Faktor lain yg tidak kalah penting, umat kadang melakukan kesalahan terselubung, mentang2 ALLOH mewajibkan mencari ilmu lantas main ambil saja tanpa memperhitungkan kondisi dan situasi dikarenakan jg hadits nabi yg mengatakan carilah ilmu meski dari negri china (terjemah bebas) Sebagai contoh : mencari ilmu agama Islam tetapi yg didatangi seorang dokter hewan, atau ingin tahu tentang syariat Islam tapi yg didatangi dan yg dijadikan tempat bertanya profesor tata negara gak nyambung kan, karena yg dilihat gelarnya bukan kapabelitas orang tsb. Sedangkan Islam mengharuskan kita jikalau bertanya, bertanyalah kepada ahlinya. Meskipun dia seorang budak ataupun penggembala.

Kiranya itu saja tambahan dari saya, wallohu a'lam bishawab

Wasalam,

Diah E said...

Salam saya sangat trkejut stlah saya mmbaca madam anonymous, kenapa anda bicara tidak brdasarkan fakta terus terang saya sangat kecewa dan tersinggung dg perkataan anda karna saya ada pd waktu itu, jangan menyebar fitnah karna tidak baik......!!!

Anonymous said...

as wwb
ukhti diah, kita doakan smg yang posting dan mengecap kita menghibbah mendapatkan hidayah Allah.. spt nya belaiu gak tahu betul apa yang kita bicarakan saat itu, dan bila ternyata beliau tak berada di tempat pengajian ibu2 saat pembicaraan terjadi, maka dia telah memfitnah kita. Allah maha tahu bahwa yang kita bicarakan pada saat itu adalah orang2 liberal yang bisa mengancam pemikiran dan akidah kita. dan di pengajian ibu evi yang terakhir sudah jelas di uraikan bahwa pembicaraan semacam itu diperbolehkan dlm Islam, agar supaya kita tidak mengambil orang2 liberal sebagai panutan kita, apalagi sebagai guru kita, naudzubillahi min dzalik. wallohualam bisshowab