I'tikaf di Masjid Turki - Mount Druitt

Pada hari Jumat tanggal 18 September 2009, bertempat di Masjid Turki – Mount Druitt, untuk pertama kalinya Forum Pengajian Jumat (FPJ) melaksanakan I’tikaf dan Qiyamul Lail. Acara dimulai jam 11 malam dengan melakukan tadarus, dilanjutkan dengan kajian Islam yang mengambil tema “Memaknai Idul fitri”, dilanjutkan dengan shalat Qiyamul Lail yang diimami oleh Ustad Ardi Hanan, kemudian dilanjutkan dengan makan sahur bersama, dan acara diakhiri dengan shalat subuh berjamaah.

Pada kajian Islam kali ini yang memberikan materi bahasan adalah Ustadz Noorsyamsi dan Ustadz Ahmad Migdad. Pada kesempatan pertama Ustadz Noorsyamsi menyampaikan bahwa bulan Ramadhan akan terasa cepat berlalu bagi mereka yang mencari pahala sebanyak-banyaknya, tetapi bagi mereka yang melakukan ibadah puasa hanya sekedar melaksanakan kewajiban saja akan terasa begitu lama. Idul Fitri adalah hari kemenangan bagi orang-orang yang telah banyak melakukan ibadah, hanya saja telah terjadi salah kaprah bahwa idul fitri adalah perayaan yang berupa bersenang-senang saja, tetapi melupakan apa sesungguhnya esensi dari bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, sehingga seringkali yang didapatkan selama berpuasa di bulan Ramadhan adalah rasa lapar dan haus saja.

Banyak sekali muslimin dan muslimah setelah berlalunya bulan Ramadhan kembali melakukan sifat-sifat yang buruk. Seharusnya setelah bulan Ramadhan berlalu, kita kembali kepada fitrah manusia yaitu fitrah kembali kepada Islam yaitu tunduk kepada Allah SWT, bukan hanya sekedar ucapan tetapi juga sikap dalam hidup sehari-hari kita. Islam tidak bisa diambil dan diterapkan sebagian-sebagian saja, tetapi diambil dan diterapkan secara keseluruhan, untuk itulah dibutuhkan kesungguhan dan perjuangan yang terus menerus untuk melaksanakan kehidupan Islam dalam diri kita, sehingga kita mendapatkan ridla Allah baik di dunia maupun akhirat.

Pada kesempatan kedua ustadz Ahmad Migdad membawakan materi yang diberi judul “Idul Fitri dan Takbir yang hilang”. Isi dari materi tersebut antara lain adalah ada 2 hal yang mendasari umat muslim bergembira di hari raya Idul Fitri, yaitu :
1.Telah berhasil melaksanakan ibadah puasa
2.Sabda Rasullulah bahwa kebahagiaan puasa Ramadhan akan didapatkan pada saat berbuka dan pada saat hari raya Idul Fitri.

Pada hari raya Idul Fitri umat Islam mengumandangkan takbir, dan pada saat ini adalah saat mereka saling memaafkan dengan perasaan haru. Tetapi banyak hal-hal yang dilakukan oleh umat Islam pada saat Idul Fitri kurang islami, misalnya meninggalkan khotbah sebelum khotbah selesai, berpakaian yang sering berlebihan dan lain sebagainya.

Idul Fitri dari tahun ke tahun di banyak negara banyak mengalami kesedihan-kesedihan, sehingga takbir pada saat Idul Fitri dikumandangkan tidak menunjukkan suatu kegembiraan, hal ini disebabkan banyaknya negari-negeri di mana umat Islam berada mengalami kondisi penjajahan baik secara fisik maupun secara idiologis. Banyak kita saksikan umat Islam yang masih mengalami kemiskinan, kelaparan, penindasan di berbagai negara, juga banyak ajaran-ajaran Islam yang tidak dilaksanakan misalnya masih maraknya perjudian, riba, dan berbagai kemaksiatan yang lain. Hal ini terjadi disebabkan karena tidak tegaknya hukum-hukum Allah di muka bumi ini. Hanya Amirul mukminin yang bisa menerapkan hukum-hukum Islam dan menegakkannya di muka bumi ini, sehingga takbir kegembiraan untuk seluruh umat Islam di muka bumi ini dapat dirasakan. Takbir yang ada saat ini adalah takbir yang hilang, karena masih banyaknya kesedihan-kesedihan yang dialami umat Islam. (BPK)

2 comments:

Anonymous said...

Serius sekali ya baca alqur'annya? semoga mendapat berkah.

HambaALLAH said...

Arti Dan Karakteristik Aqidah .

Keadaan kaum muslimin secara khusus, didapatkan mereka dalam kondisi yang sangat menyedihkan. Perselisihan, perpecahan dan permusuhan terus tumbuh berkembang dengan suburnya. Mereka tidak ingat akan peringatan Allah dalam Al Qur’an:

وَأَطِيعُوا اللهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Dan ta’atlah kepada Allah dan Rasulnya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmt dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Al Anfaal: 46
Juga tidak ingat akan perintah Allah untuk mengembalikan perselisihan dan perbedaan pendapatnya kepada Al Qur’an dan sunnah, sebagaimana firmanNya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا [٤:٥٩]

Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul(-Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. An Nisaa’: 59